Dalam era kemajuan informasi dan teknologi, siswa semakin tertekan dan terintimidasi oleh perkembangan dunia akan tetapi belum tentu dimbangi dengan perkembangan karakter dan mental yang mantap.
Seorang Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor mempunyai tugas yaitu membantu siswa untuk mengatasi permasalahan dan hambatan dan dalam perkembangan siswa.
Setiap siswa sebenarnya mempunyai masalah dan sangat variatif. Permasalahan yang dihadapi siswa dapat bersifat pribadi, sosial, belajar, atau karier. Oleh karena keterbatasan kematangan siswa dalam mengenali dan memahami hambatan dan permasalahan yang dihadapi siswa, maka konselor – pihak yang berkompeten – perlu memberikan intervensi. Apabila siswa tidak mendapatkan intervensi, siswa mendapatkan permasalahan yang cukup berat untuk dipecahkan. Konselor sekolah senantiasa diharapkan untuk mengetahui keadaan dan kondisi siswanya secara mendalam.
Untuk mengetahui kondisi dan keadaan siswa banyak metode dan pendekatan yang dapat digunakan, salah satu metode yang dapat digunakan yaitu studi kasus (Case Study). Dalam perkembangannya, oleh karena kompleksitas permasalahan yang dihadapi siswa dan semakin majunya pengembangan teknik-teknik pendukung – seperti hanya teknik pengumpulan data, teknik identifikasi masalah, analisis, interpretasi, dan treatment – metode studi kasus terus diperbarui.
Studi kasus akan mempermudah konselor sekolah untuk membantu memahami kondisi siswa seobyektif mungkin dan sangat mendalam. Membedah permasalahan dan hambatan yang dialami siswa sampai ke akar permasalahan, dan akhirnya konselor dapat menentukan skala prioritas penanganan dan pemecahan masalah bagi siswa tersebut.
Pengertian Studi Kasus
Kamus Psikologi (Kartono dan Gulo, 2000) menyebutkan 2 (dua) pengertian tentang Studi kasus (Case Study) pertama Studi kasus merupakan suatu penelitian (penyelidikan) intensif, mencakup semua informasi relevan terhadap seorang atau beberapa orang biasanya berkenaan dengan satu gejala psikologis tunggal. Kedua studi kasus merupakan informasi-informasi historis atau biografis tentang seorang individu, seringkali mencakup pengalamannya dalam terapi. Terdapat istilah yang berkaitan dengan case study yaitu case history atau disebut riwayat kasus, sejarah kasus. Case history merupakan data yang terimpun yang merekonstruksikan masa lampau seorang individu, dengan tujuan agar orang dapat memahami kesulitan-kesulitannya yang sekarang . serta menolongnya dalam usaha penyesuaian diri (adjustment) (Kartini dan Gulo, 2000).
Berikut ini definisi studi kasus dari beberapa pakar dalam Psikologi dan Bimbingan Konseling, yaitu ;
Studi kasus adalah suatu teknik mempelajari seorang individu secara mendalam untuk membantu memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik. (I.Djumhur, 1985).
Studi kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang murid secara mendalam dengan tujuan membantu murid untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik (WS. Winkel, 1995).
Studi kasus adalah metode pengumpulan data yang bersifat integrative dan komprehensif. Integrative artinya menggunakan berbagai teknik pendekatan dan bersifat komprehensif yaitu data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu secara lengkap (Dewa Ketut Sukardi, 1983).
Studi kasus merupakan teknik yang paling tepat digunakan dalam pelayanan bimbingan dan konseling karena sifatnya yang komprehensif dan menyeluruh. Studi kasus menggunakan hasil dari bermacam-macam teknik dan alat untuk mengenal siswa sebaik mungkin, merakit dan mengkoordinasikan data yang bermanfaat yang dikumpulkan melalui berbagai alat. Data itu meliputi studi yang hati-hati dan interpretasi data yang berhubungan dan bertalian dengan perkembangan dan problema serta rekomendasi yang tepat.
Jadi berdasarkan pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa studi kasus adalah suatu studi atau analisa komprehensif dengan menggunakan berbagai teknik. Bahan dan alat mengenai gejala atau ciri-ciri/karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku menyimpang, baik individu maupun kelompok. Analisa itu mencakup aspek-aspek kasus seperti jenis, keluasan dan kedalaman permasalahannya, latar belakang masalah (diagnosis) dan latar depan (prognosis), lingkungan dan kondisi individu/kelompok dan upaya memotivasi terungkapnya masalah kepada guru pembimbing (konselor) sebagai orang yang mengkaji kasus. Data yang telah didapatkan oleh konselor kemudian dinvertaris dan diolah sedemikian rupa hingga mudah untuk diinterpretasi masalah dan hambatan individu dalam penyesuaiannya.
Tujuan Studi Kasus
Studi Kasus diadakan untuk memahami siswa sebagai individu dalam keunikannya dan dalam keseluruhannya. Kemudian dari pemahaman dari siswa yang mendalam, konselor dapat membantu siswa untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik. Dengan penyesuian pada diri sendiri serta lingkungannya, sehingga siswa dapat menghadapi permasalahan dan hambatan hidupnya, dan tercipta keselarasan dan kebahagiaan bagi siswa tersebut.
Sasaran Studi kasus
Sasaran studi kasus adalah individu yang menunjukan gejala atau masalah yang serius, sehingga memerlukan bantuan yang serius pula. Yang biasanya dipilih menjadi sasaran bagi suatu studi kasus adalah murid yang menjadi suatu problem (problem case); jadi seorang murid membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan lebih baik, asal murid itu dalam keadaan sehat rohani/ tidak mengalami gangguan mental.
Ciri-ciri Studi kasus
Metode Studi kasus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Mengumpulkan data yang lengkap; studi kasus memerlukan data yang komprehensif dari setiap aspek kehidupan siswa. Data yang lengkap sangat menentukan identifikasi dan analisis masalah. Apabila data tidak lengkap dan terjadi kesalahan dalam identifikasi dan analsis masalah maka besar kemungkinan terjadi salah penanganan (treatment) dan bahkan dapat terjadi malpraktik.
Bersifat rahasia ; studi kasus tidak dapat dipisahkan dari bimbingan dan konseling, maka salah satu kode etik dalam konseling yaitu asas kerahasiaan. Asas kerahasiaan sangat penting untuk menjaga kepercayaan konseli (baca : siswa). Disisi lain, sangat mungkin informasi yang diperoleh belum pasti apa adanya, maka sangat berbahaya apabila informasi tersebut tersebar dan timbul salah persepsi kepada individu dari berbagai pihak. Dan hendaknya hanya konselor yang menangani dan pihak-pihak yang dianggap perlu mengetahui keadaan konseli sebenarnya.
Dilakukan secara terus menerus (kontinyu): studi kasus juga merupakan proses memahami perkembangan siswa, maka perlu dilakukan pemahaman secara terus menerus sehingga terbentuk gambaran individu yang obyektif dalam berbagai segi kehidupan individu yang berpengaruh pada masalah yang dihadapinya.
Pengumpulan data dilakukan secara ilmiah: studi kasus harus bisa dipertanggung jawabkan secara rasional dan obyektif. Maka pengumpulan data juga harus dilakukan secara ilmiah dengan mengacu kaedah-kaedah yang rasional dan dapat dipertanggung jawabkan kebenaran dan validitasnya.
Data yang diperoleh dari berbagai pihak : Data yang dikumpulkan dalam studi kasus haruslah relevan dengan permasalahan yang dihadapi siswa. Pengumpulan data tentang siswa yang bermasalah didapatkan dari berbagai pihak yang berhubungan dengan siswa tersebut. Untuk memilih pihak sumber informasi perlu mengingat hubungan orang tersebut apakah dekat/mempengaruhi dalam permasalahan siswa, mempunyai informasi yang dapat dipertanggung jawabkan yang bukan berdasarkan gossip, rumor atau kabar burung, mempunyai informasi yang relevan dengan permasalahan individu.
Alat / Metode Pengumpulan data dalam studi kasus
Terdapat banyak metode yang dapat dipakai dalam mengumpulkan data untuk kepentingan identifikasi masalah siswa. Yaitu ;
1. kartu pribadi
2. angket
3. wawancara informatif
4. buku rapor
5. home visit
6. testing
7. rating scale
8. otobiografi
9. sosiometri
10. studi dokumentasi
11. Daftar Cek Masalah (DCM)
Kajian Teori
Pemimpin Kelompok sebagai Pribadi
Para pemimpin kelompok dapat memperoleh pengetahuan ilmu dinamika kelompok [yang] praktis dan teoritis luas dan adalah trampil di dalam teknis dan diagnostik procerdures sekalipun begitu adalah tidak efektip di dalam pertumbuhan merangsang dan perubahan dalam anggota dari kelompok mereka. para pemimpin membawa bagi tiap-tiap kelompok yang kualitas pribadi mereka, nilai, dan pengalaman hidup. dalam rangka mempromosikan pertumbuhan di dalam tempat anggota, para pemimpin harus tinggal/hidup pertumbuhan mengorientasikan hidup diri mereka. dalam rangka membantu perkembangan penyelidikan diri jujur di pihak lain, mereka harus mempunyai keberanian untuk mulai bekerja diri- penilaian. jika mereka berharap untuk mengilhami orang yang lain mematahkan menjauh, menjadi jalan yang mematikan, mereka perlu untuk berkeinginan mencari pengalaman baru diri mereka. singkatnya, arah kelompok paling efektif ditemukan di dalam macam hidup adalah anggota kelompok lihat pemimpin tidak yang mempertunjukkan dan di dalam kata-kata yang mereka dengar pemimpin[yang berkata.
Kepribadian dan karakter
Kehadiran : yang sedang secara emosional menyajikan alat-alat yang sedang dipindahkan oleh sakit dan kegembiraan yang orang yang lain mengalami. jika para pemimpin mengenali dan memberi ungkapan ke emosi mereka sendiri, mereka dapat menjadi lebih secara emosional yang dilibatkan dengan orang yang lain. Kemampuan para pemimpin untuk mendukung pengalaman buatan ini itu yang lebih mudah untuk mereka/nya ke arah empati dengan dan berbelas kasih ke arah anggota kelompok. kehadiran juga bertalian dengan menjadi ke sana untuk anggota itu, dimana melibatkan kepedulian asli dan suatu kesediaan untuk masuk dunia psikologis mereka. Menjadi hadir menyiratkan para pemimpin itu adalah tidak terpisah - pisah manakala mereka datang bagi suatu sesi kelompok, yang itu mereka adalah tidak mengasyikkan dengan berbagai hal lain, dan bahwa mereka terbuka bagi reaksi mereka di dalam kelompok itu.
Personal Power : Kuasa pribadi melibatkan kepercayaan diri dan suatu kesadaran dari pengaruh seseorang pada atas orang yang lain. jika para pemimpin kelompok tidak merasakan suatu perasaan kuasa di dalam hidup mereka sendiri, adalah sulit untuk mereka untuk memudahkan pergerakan anggota ke arah empowerement. singkatnya, tidaklah mungkin untuk memberi kepada orang yang lain apa yang orang tidak miliki. haruslah ditekankan kuasa itu tidak berarti dominasi dan axploitation dari yang lain, yang mana adalah penyalahgunaan kekuasaan. para pemimpin penggunaan efek sungguh-sungguh kuat yang mereka berakibat pada peserta kelompok untuk mendorong mereka untuk mendapat/kan di dalam hubungan dengan kuasa tak terpakai mereka sendiri, tidak untuk membantu perkembangan ketergantungan mereka. kuasa pribadi ditemani oleh pengenalan yang satu itu tidak harus menyimpan orang yang lain di dalam memelihara suatu posisi lebih rendah kuasa diri sendiri.
Courage : Para pemimpin kelompok efektif sadar bahwa mereka harus memperlihatkan keberanian di dalam interaksi mereka dengan anggota kelompok dan bahwa mereka tidak bisa menyembunyikan di belakang peran yang khusus mereka sebagai penasihat. mereka menunjukkan keberanian dengan pengambilan resiko di dalam kelompok dan kekeliruan mengakui, dengan adakalanya menjadi peka, dengan menghadapi orang yang lain dan pernyataan reaksi mereka sendiri ke mereka yang menghadapi, dengan bertindak pada kepercayaan dan intuisi, dengan mendiskusikan dengan kelompok mereka perasaan dan pemikiran mereka tentang proses kelompok dan dengan menjadi berkeinginan berbagi kuasa mereka dengan anggota kelompok itu. mereka dapat model pelajaran penting ke anggota dengan suatu cara pengambilan berpendirian ke arah akting dan hidup kendati fakta bahwa mereka adalah tidak sempurna. ketika anggota mendorong diri mereka untuk meninggalkan dikenal dan menjamin/mengamankan pola teladan, mereka sering laporan menjadi takut dan tertarik. para pemimpin kelompok dapat mempertunjukkan, melalui/sampai perilaku mereka sendiri, kesediaan untuk pindah;gerakkan di depan kendati menjadi tidak-pasti tentang tanah lapang dan sedikit banyaknya takut.
Willingness to confront one self : Menyangkut para pemimpin tugas pusat akan mempromosikan penyelidikan diri di dalam klien. karena penasihat kelompok tidak bisa harapkan peserta untuk lakukan sesuatu yang yang mereka akan mempertanyakan diri mereka. diri konfrontasi dapat mengambil format bersikap dan menjawab pertanyaan seperti berikut:
1. mengapa saya memimpin kelompok ? apa yang saya dapat dari aktivitas tersebut ?
2. mengapa saya bersikap sebagaimana saya melakukannya di dalam kelompok ? apakah dampak dari sikap, nilai, bias. Perasaan, dan sikap yang dimiliki pada orang lain di dalam kelompok
3. apakah kebutuhan diri di sampaikan dengan menjadi seorang pemimpin kelompok
4. apakah saya pernah menggunakan kelompok yang saya pimpin untuk memuskan kebutuhan personal saya pada kebutuhan biaya anggota ?
Konfrontasi diri adalah suatu proses berkelanjutan dan di sana adalah tidak ada jawab sederhana ke pertanyaan ini. masalah pokok adalah kesediaan ke berkelanjutan menaikkan pertanyaan dalam rangka menentukan bagaimana jujur kamu ada bersama diri anda sekitar motivasi untuk menjadi pemimpin kelompok.
Kesadaran diri adalah suatu serentak menyangkut kesediaan untuk menghadapi dirinya. karakteristik kepemimpinan yang efektif yang penting ini meliputi kesadaran yang tidak hanya motivasi dan kebutuhan seseorang tetapi juga permasalahan dan konflik pribadi, tentang pertahanan dan noda lemah, tentang area tentang unfinished business, dan tentang pengaruh potensi dari semua ini pada atas proses kelompok. para pemimpin yang adalah diri sadar bisa bekerja therapeutically dengan pemindahan yang muncul adalah kelompok yang menentukan, kedua-duanya ke arah diri mereka dan ke arah anggota lain. lagipula, mereka menyadari yang peka mereka sendiri, terutama potensi mereka countertransference. mereka tidak membuat anggota yang bertanggung jawab untuk reaksi mereka, atau pun melakukan mereka menggunakan kelompok sebagai tempat untuk mencari therapy mereka sendiri
Sincerity dan Authenticity : Pada atas menyangkut para pemimpin kualitas paling utama adalah suatu minat tulus hati baik menjadi dan pertumbuhan dari yang lain. karena ketulusan terlibat secara langsung, itu dapat juga melibatkan menceritakan anggota apa yang mereka tidak ingin dengar. untuk/karena seorang para pemimpin kelompok yang mempedulikan alat-alat menantang anggota untuk memperhatikan bagian-bagian dari hidup mereka yang mereka sedang menyangkal dan menakut-nakuti manapun format tentang perilaku tak jujur di dalam kelompok.
Keaslian adalah suatu kemenakan dekat ke ketulusan. pemimpin kelompok asli tidak hidup dari berpura-pura dan tidak menyembunyikan di belakang menyembunyikan, pertahanan. keaslian memerlukan kesediaan ke sewajarnya menyingkapkan orang itu sendiri dan bagian yang merasakan dan reaksi ke apa yang terjadi di dalam kelompok itu. tetapi ketika kita dengan baik menguji secara lebih detil, keaslian tidak menyiratkan di dalam disriminately " pembiaran itu semua cara bergantung ke luar". itu tentu saja mungkin untuk;menjadi asli tanpa berbagi tiap-tiap pikiran cepat berlalu, persepsi, khayalan, dan reaksi. sebagai contoh, sungguhpun seorang kekuatan pemimpin yang pada awalnya secara seksual tertarik untuk suatu anggota, itu tidak akan adalah bijaksana untuk menyingkapkan kenyataan ini di sesi awal. menahan seperti itu tidak menyiratkan di dalam keaslian.
Sense of Identity : Jika para pemimpin kelompok akan membantu orang yang lain menemukan yang mereka adalah, mereka harus mempunyai suatu perasaan/pengertian yang jelas bersih tentang identitas mereka sendiri. alat-alat ini mengetahui apa yang orang nilai dan standard diperoleh secara internal dari hidup, yang tidak dengan apa yang lain harapkan. ini berarti senantiasa sadar akan orang memiliki kekuatan, pembatasan, kebutuhan, ketakutan, motivasi, dan tujuan. ini berarti mengetahui apa yang orang mampu untuk menjadi, apa yang orang ingin dari model yang hidup, dan bagaimana orang akan mendapat/kan apa yang orang inginkan
Suatu bagian terbesar menyangkut kelompok yang menasihati pengalaman melibatkan anggota yang menyortir untuk diri mereka yang mereka adalah dan apa yang identitas mereka sudah mengasumsikan tanpa kesadaran. kapan orang hidup dari identitas usang, hidup mereka menjadi tidak berarti. suatu kelompok efektif dapat sebagai penolong di dalam menyediakan suatu tantangan ke anggota untuk menciptakan proyek yang akan membawa suatu tingkatan maksud/arti yang baru kepada hidup mereka. melalui/sampai pengalaman kelompok, anggota lihat bahwa mereka mengidentifikasi adalah tidak melempar di dalam batu tetapi bahwa mereka dapat membentuk kembali tujuan hidup mereka. menggolongkanlah para pemimpin yang diri mereka untuk membentuk kembali maksud/arti yang pribadi mereka bisa merupakan suatu dorongan kepada anggota itu.
Belief in group process and enthuasism : Gairah yang menggolongkan para pemimpin membawa kepada kelompok mereka dapat mempunyai suatu mutu infeksi/peradangan. jika para pemimpin menyebar hidup, kemungkinannya kecil yang mereka akan jadi secara konsisten memimpin " kelompok mati". jika para pemimpin kelompok kekurangan enthuasism untuk apa yang mereka sedang lakukan bagaimanapun itu tidak mungkin bahwa mereka akan mengilhami anggota dan menyediakan mereka dengan suatu perangsang untuk bekerja. ini adalah tidak untuk katakan praktisi itu perlu mengadopsi suatu gaya yang cheerleading. apa yang sedang mengusulkan adalah para pemimpin itu harus menunjukkan bahwa mereka menikmati pekerjaan mereka dan seperti menjadi dengan kelompok mereka. seorang para pemimpin ketiadaan enthuasism biasanya dicerminkan di dalam anggota ketiadaan kegembiraan dan di dalam perlawanan mereka untuk membuat pekerjaan penting.
Inventiveness and Creativity :. Mungkin tidak mudah untuk mendekati masing-masing kelompok dengan gagasan baru. para pemimpin kreatif dan berdayacipta, terbuka bagi pengalaman baru dan gaya hidup dan nilai-nilai yang berbeda dengan mereka sendiri.
Salah satu dari keuntungan utama dari kerja kelompok bahwa itu menawarkan sangat banyak jalan lebar/rindang untuk menjadi berdayacipta. banyak kelompok dengan suatu fokus khusus tumbuh ke luar dari seorang para pemimpin kesediaan ke brainstorm. jika fakta, para pemimpin kelompok sering kembangkan suatu gagasan untuk suatu kelompok yang khusus oleh karena suatu perhatian di dalam hidup mereka. sebagai contoh, menggolongkan para pemimpin yang sedang berjuang dengan tekanan di dalam pribadi mereka dan hidup profesional mungkin menciptakan suatu kelompok pendukungan untuk professional berhubungan dengan baik. suatu penambahan, seluruh struktur kelompok mendorong kreativitas di dalam pemikiran suatu cakupan pendekatan luas.
A Concluding Comment : Seperti anda meninjau ulang karakteristik dari para pemimpin kelompok efektif, tidak membebankan diri anda dengan pemikiran bahwa kamu harus memiliki semua kualitas ini sepenuhnya. mempertimbangkanlah kualitas seperti itu pada atas suatu rangkaian. sebagai contoh, kamu mempunyai ciri seperti keberanian, kesadaran diri, akan jadi lebih mudah untuk kamu memudahkan anggota diri explorasi. tantangan adalah untuk kamu untuk mengambil suatu nampak/wajah jujur pada kualitas pribadi dan buatan adalah suatu penilaian tentang kemampuan mu sebagai orang ke inspireothers. kesanggupan untuk berbuat sesuai dengan potensi mu adalah suatu alat kunci. jalan/cara orang yang lain terkemuka yang terbaik mu adalah dengan menunjukan apa yang kamu percaya akan melalui/sampai hidup milik mu. Mengalami mencoba therapy milik mu adalah satu jalan/cara untuk tinggal terbuka bagi melihat di bawah arahan hidup mu.
Dari perspektif ku, dimensi ribadi yang diuraikan di dalam halaman yang terdahulu penting. sekalipun begitu mereka adalah tidak cukup untuk kepemimpinan sukses. ketrampilan dan pengetahuan yang khusus, seperti ketika dikenali oleh ASGW'S ( 1991) standard profesional untuk pelatihan kelompok dan yang diuraikan di dalam bab yang sebelumnya, adalah pusat ke kepemimpinan kelompok efektif. kemudian dalam bab ini yang kita akan menguji ketrampilan kepemimpinan ini di dalam detil lebih besar
Selasa, 12 Januari 2010
NILAI SOSIAL
Pengertian Nilai
Nilai atau value dalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu itu mengandung nilai artinya terdapat kualitas yang melekat pada sesuatu (objek). Misalnya perbuatan itu sangat indah seperti bunga. Kata indah adalah sebuah penilaian yang terdapat pada sebuah perbuatan yang di ibaratkan seperti bunga.
Menilai berarti menimbang suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu perilaku dengan perilaku yang lain yang kemudian akan dibuat sebagai sebuah keputusan. keputusan itu merupakan keputusan nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, indah atau tidak indah. Keputusan nilai yang dilakukan oleh subjek penilai yaitu unsure – unsure jasmani, akal, rasa, dan kepercayaan.
Di dalam nilai itu sendiri terkandung cita – cita, harapan – harapan, keinginan, dan keharusan. Maka apabila kita berbicara tentang nilai, sebenarnya kita berbicara tentang hal yang ideal, tentang hal yang merupakan cita – cita, harapan dan keharusan tersebut.
Jenis Nilai
Terdapat berbagai macam pandangan tentang nilai, hal ini sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandangnya dan masing – masing dalam menentukan tentang pengertian
Max Scheler mengemukakan bahwa nilai – nilai yang ada, tidak sama luhurnya dan sama tingginya. Nilai itu secara nyata ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai – nilai lainnya. Menurut tinggi rendahnya, nilai – nilai dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan sebagai berikut :
Nilai kenikmatan : dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai – nilai yang mengenakkan dan tidak mengenakkan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan tidak senang.
Nilai – nilai kehidupan : dalam tingkatan ini terdapat nilai – nilai yang penting bagi kehidupan , misalnya kesehatan, kesegaran jasmani, kesejahteraan umum.
Nilai kejiwaan : dalam tingkat ini terdapat nilai kejiwaan yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan. Nilai – nilai semacam ini ialah keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai oleh penalaran dasar dari sebuah ilmu.
Nilai kerohanian : dalam tingkatan ini terdapatlah modalitas nilai dari yang suci dan tidak suci. Misalnya nilai keagamaan, tata peraturan beragama dan sebagainya.
Nilai Sosial
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai. Contoh, masyarakat yang tinggal di perkotaan lebih menyukai persaingan karena dalam persaingan akan muncul pembaharuan-pembaharuan. Sementara pada masyarakat tradisional lebih cenderung menghindari persaingan karena dalam persaingan akan mengganggu keharmonisan dan tradisi yang turun-temurun.
Drs. Suparto mengemukakan bahwa nilai-nilai sosial memiliki fungsi umum dalam masyarakat. Di antaranya nilai-nilai dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku. Selain itu, nilai sosial juga berfungsi sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosial. Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan peranannya. Contohnya ketika menghadapi konflik, biasanya keputusan akan diambil berdasarkan pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu anggota kelompok akan merasa sebagai satu kesatuan. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar orang berprilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya.
Ciri-Ciri Nilai Sosial
Ciri nilai sosial di antaranya sebagai berikut.
1. Merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antarwarga masyarakat.
2. Disebarkan diantara warga masyarakat (bukan bawaan lahir).
3. Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar)
4. Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
5. Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain.
6. Dapat mempengaruhi pengembangan diri sosial
7. Memiliki pengaruh yang berbeda antarwarga masyarakat.
8. Cenderung berkaitan satu sama lain.
Klasifikasi Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu nilai dominan dan nilai mendarah daging (''internalized value'').
Nilai dominan
Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut. Banyak orang yang menganut nilai tersebut. Contoh, sebagian besar anggota masyarakat menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik di segala bidang, seperti politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh anggota masyarakat.
1. Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut. Contoh, orang Indonesia pada umumnya berusaha pulang kampung (mudik) di hari-hari besar keagamaan, seperti Lebaran atau Natal.
2. Prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut. Contoh, memiliki mobil dengan merek terkenal dapat memberikan kebanggaan atau prestise tersendiri.
3. Nilai mendarah daging (''internalized value''), Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir atau pertimbangan lagi (bawah sadar). Biasanya nilai ini telah tersosialisasi sejak seseorang masih kecil. Umumnya bila nilai ini tidak dilakukan, ia akan merasa malu, bahkan merasa sangat bersalah. Contoh, seorang kepala keluarga yang belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula, guu yang melihat siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut. Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam masyarakat.
Pengertian Nilai Sosial Menurut para Ahli
Kimball Young
Mengemukakan nilai sosial adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang dianggap penting dalam masyarakat.
A.W.Green
Nilai sosial adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap objek.
Woods
Mengemukakan bahwa nilai sosial merupakan petunjuk umum yang telah berlangsung lama serta mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
M.Z.Lawang
Menyatakan nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan,yang pantas,berharga,dan dapat mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang bernilai tersebut.
Hendropuspito
Yang dihargai masyarakat-masyarakat. Menyatakan nilai sosial adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan kehidupan manusia(smaeli-pare.org).
Norma dalam sosiologi adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui lingkungan sosialnya.
Sanksi yang diterapkan oleh norma ini membedakan norma dengan produk sosial lainnya seperti budaya dan adat. Ada/ tidaknya norma diperkirakan mempunyai dampak dan pengaruh atas bagaimana seseorang berperilaku.
Proses terbentuknya norma
Dalam kehidupannya, manusia sebagai mahluk sosial memiliki ketergantungan dengan manusia lainnya. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok, baik kelompok komunal maupun kelompok materiil.
Kebutuhan yang berbeda-beda, secara individu/kelompok menyebabkan benturan kepentingan. Untuk menghindari hal ini maka kelompok masyarakat membuat norma sebagai pedoman perilaku dalam menjaga keseimbangan kepentingan dalam bermasyarakat.
Tingkatan penegakan dalam norma
• Pelanggaran norma yang dikenakan Sanksi hukum, biasanya termasuk penegakan hukum.
• Pelanggar norma yang diterapkan dianggap eksentrik atau tak normal (perilaku diluar kebiasaan).
• Perilaku lainnya diluar norma tidak diakui. Norma-norma telah di asumsikan lebih dahulu, dan seringkali pada tingkat ekstrim dimana pada setiap penentangan norma bisa memprovokasi stigma atau sangsi.
Contoh:
Kata orang tua seringkali diasumsikan bahwa seseorang itu telah menikah.
Pada pasangan yang telah menikah (suami-istri) selalu dianggap bahwa pasangan tersebut akan memiliki atau menginginkan anak.
Nilai atau value dalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu itu mengandung nilai artinya terdapat kualitas yang melekat pada sesuatu (objek). Misalnya perbuatan itu sangat indah seperti bunga. Kata indah adalah sebuah penilaian yang terdapat pada sebuah perbuatan yang di ibaratkan seperti bunga.
Menilai berarti menimbang suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu perilaku dengan perilaku yang lain yang kemudian akan dibuat sebagai sebuah keputusan. keputusan itu merupakan keputusan nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, indah atau tidak indah. Keputusan nilai yang dilakukan oleh subjek penilai yaitu unsure – unsure jasmani, akal, rasa, dan kepercayaan.
Di dalam nilai itu sendiri terkandung cita – cita, harapan – harapan, keinginan, dan keharusan. Maka apabila kita berbicara tentang nilai, sebenarnya kita berbicara tentang hal yang ideal, tentang hal yang merupakan cita – cita, harapan dan keharusan tersebut.
Jenis Nilai
Terdapat berbagai macam pandangan tentang nilai, hal ini sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandangnya dan masing – masing dalam menentukan tentang pengertian
Max Scheler mengemukakan bahwa nilai – nilai yang ada, tidak sama luhurnya dan sama tingginya. Nilai itu secara nyata ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai – nilai lainnya. Menurut tinggi rendahnya, nilai – nilai dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan sebagai berikut :
Nilai kenikmatan : dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai – nilai yang mengenakkan dan tidak mengenakkan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan tidak senang.
Nilai – nilai kehidupan : dalam tingkatan ini terdapat nilai – nilai yang penting bagi kehidupan , misalnya kesehatan, kesegaran jasmani, kesejahteraan umum.
Nilai kejiwaan : dalam tingkat ini terdapat nilai kejiwaan yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan. Nilai – nilai semacam ini ialah keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai oleh penalaran dasar dari sebuah ilmu.
Nilai kerohanian : dalam tingkatan ini terdapatlah modalitas nilai dari yang suci dan tidak suci. Misalnya nilai keagamaan, tata peraturan beragama dan sebagainya.
Nilai Sosial
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai. Contoh, masyarakat yang tinggal di perkotaan lebih menyukai persaingan karena dalam persaingan akan muncul pembaharuan-pembaharuan. Sementara pada masyarakat tradisional lebih cenderung menghindari persaingan karena dalam persaingan akan mengganggu keharmonisan dan tradisi yang turun-temurun.
Drs. Suparto mengemukakan bahwa nilai-nilai sosial memiliki fungsi umum dalam masyarakat. Di antaranya nilai-nilai dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku. Selain itu, nilai sosial juga berfungsi sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosial. Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan peranannya. Contohnya ketika menghadapi konflik, biasanya keputusan akan diambil berdasarkan pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu anggota kelompok akan merasa sebagai satu kesatuan. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar orang berprilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya.
Ciri-Ciri Nilai Sosial
Ciri nilai sosial di antaranya sebagai berikut.
1. Merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antarwarga masyarakat.
2. Disebarkan diantara warga masyarakat (bukan bawaan lahir).
3. Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar)
4. Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
5. Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain.
6. Dapat mempengaruhi pengembangan diri sosial
7. Memiliki pengaruh yang berbeda antarwarga masyarakat.
8. Cenderung berkaitan satu sama lain.
Klasifikasi Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu nilai dominan dan nilai mendarah daging (''internalized value'').
Nilai dominan
Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut. Banyak orang yang menganut nilai tersebut. Contoh, sebagian besar anggota masyarakat menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik di segala bidang, seperti politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh anggota masyarakat.
1. Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut. Contoh, orang Indonesia pada umumnya berusaha pulang kampung (mudik) di hari-hari besar keagamaan, seperti Lebaran atau Natal.
2. Prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut. Contoh, memiliki mobil dengan merek terkenal dapat memberikan kebanggaan atau prestise tersendiri.
3. Nilai mendarah daging (''internalized value''), Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir atau pertimbangan lagi (bawah sadar). Biasanya nilai ini telah tersosialisasi sejak seseorang masih kecil. Umumnya bila nilai ini tidak dilakukan, ia akan merasa malu, bahkan merasa sangat bersalah. Contoh, seorang kepala keluarga yang belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula, guu yang melihat siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut. Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam masyarakat.
Pengertian Nilai Sosial Menurut para Ahli
Kimball Young
Mengemukakan nilai sosial adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang dianggap penting dalam masyarakat.
A.W.Green
Nilai sosial adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap objek.
Woods
Mengemukakan bahwa nilai sosial merupakan petunjuk umum yang telah berlangsung lama serta mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
M.Z.Lawang
Menyatakan nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan,yang pantas,berharga,dan dapat mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang bernilai tersebut.
Hendropuspito
Yang dihargai masyarakat-masyarakat. Menyatakan nilai sosial adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan kehidupan manusia(smaeli-pare.org).
Norma dalam sosiologi adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui lingkungan sosialnya.
Sanksi yang diterapkan oleh norma ini membedakan norma dengan produk sosial lainnya seperti budaya dan adat. Ada/ tidaknya norma diperkirakan mempunyai dampak dan pengaruh atas bagaimana seseorang berperilaku.
Proses terbentuknya norma
Dalam kehidupannya, manusia sebagai mahluk sosial memiliki ketergantungan dengan manusia lainnya. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok, baik kelompok komunal maupun kelompok materiil.
Kebutuhan yang berbeda-beda, secara individu/kelompok menyebabkan benturan kepentingan. Untuk menghindari hal ini maka kelompok masyarakat membuat norma sebagai pedoman perilaku dalam menjaga keseimbangan kepentingan dalam bermasyarakat.
Tingkatan penegakan dalam norma
• Pelanggaran norma yang dikenakan Sanksi hukum, biasanya termasuk penegakan hukum.
• Pelanggar norma yang diterapkan dianggap eksentrik atau tak normal (perilaku diluar kebiasaan).
• Perilaku lainnya diluar norma tidak diakui. Norma-norma telah di asumsikan lebih dahulu, dan seringkali pada tingkat ekstrim dimana pada setiap penentangan norma bisa memprovokasi stigma atau sangsi.
Contoh:
Kata orang tua seringkali diasumsikan bahwa seseorang itu telah menikah.
Pada pasangan yang telah menikah (suami-istri) selalu dianggap bahwa pasangan tersebut akan memiliki atau menginginkan anak.
KECERDASAN INTERPERSONAL
Definisi kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal merupkan kecerdasan yang melibatkan keterampilan untuk bekerja sama denga orang lain dan berkomunikasi dengan baik, secara verbal dan juga nonverbal. seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal dapat melihat suasana hati, perangai, motivasi dan tujuan dalam diri seseorang. hal ini yang disebut dengan empati atau suasan hati perasaan orang lain.
Intelegensi milik gardner ini tidak akan sulit dikenali baik dalam diri sendiri maupun orang lain yang kita temui. hal ini bukanlah sebuah sifat, melainkan pada kenyataannya kita semua memiliki intelegensi ini dan memperlihatkannya dengan cara yang berbeda dan tingkat yang berbeda pula di dalam pekerjaan dan kehidupan pribadi kita.
Seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi adalah orang yang manusiawi. mereka memahami, berinteraksi, dan berhubungan dengan orang lain. sebaliknya, orang lain biasanya akan menganggap mereka dapat diandalkan, bertanggung jawab, dan kharismatik. di dunia kerja, mereka bekerja dengan baik di dalam tim, dan sukses berinteraksi baik dengan customer maupun atasan.
Intelegensi interpersonal yaitu berhubungan dengan orang lain (diri sosial dengan manusia pada diri seseorang), meliputi :
1. Memahami orang lain
2. Kemampuan sosial
3. Keterampilan menjalin hubungan
1. Memahami Orang Lain :
Menyadari dan memahami orang lain adalah hal terpenting di dalam kecerdasan emosi. kadang – kadang kita menyebutnya sebagai empati. kita menyaksikan hal ini di dalam pernyataan – pernyataan seperti : ”saya membayangkan bagaimana perasaan kamu”. Hal ini berarti menyatakan bahwa dunia mereka masuk ke dalam dunia kita. hal ini juga dapat berarrti membaca emosi – emosi orang lain dan menghargai mereka melalui apa yang kita lakukan dan kita katakan. Empati merupakan kemampuan lain yang membangun kesadaran diri emosional adalah keterampilan manusia yang mendasar. Orang yang memiliki empati lebih selaras dengan tanda – tanda sosial yang halus yang menunjukan apa yang dibutuhkan atau diinginkan oleh orang lain. mereka menjadi lebih baik dalam pekerjaan – pekerjaan seperti profesi merawat, mengajar, menjual dan manajemen
Empati sangat berhubungan dengan keterampilan interpersonal seperti mengenali – mengenali perasaan diri sendiri. Tidak sulit memahami diri orang lain sebagai akibat dari tingkah laku yang dilakukan jika kita pernah mengalaminya sendiri. Dan lebih baik lagi jika seseorang dapat memprediksi kemungkinan perasaan yang dimilikinya jika ia akan melakukan sesuatu dikemudian hari.
Memahami bagaimana seseorang merasakan sesuatu tidak harus mendikte tindakan anda. misalnya menjadi seorang pendengar yang baik tidak berarti bahwa anda harus setuju dengan apapun yang anda dengar atau tidak melakukan konfrontasi mengenai pandangan – pandangan anda dengan orang lain yang terkadang berbeda. Namun demikian, keuntungan dari memahami orang lain adalah kita lebih banyak memiliki pengetahuan tentang cara – cara membuat keputusan, lebih banyak pilihan – pilihan tentang cara bersikap, dan memilih peluang lebih baik untuk berkomunikasi dan manjalin hubungan baik dengan lingkungan.
Dalam berempati kita dapat membagai perasaan kita jika kita mau. Kita dapat menjadi asertif dan bebas tanpa memerlakukan orang lain dengan kasar. Kita dapat mempertimbangkan orang lain saat menetapkan tujuan – tujuan kita. Kita dapat mengatasi masalah – masalah yang melibatkan orang lain dengan lebih efektif dan lebih cerdas.
2. Kemampuan Sosial
Aspek intelegensi interpersonal ini membentang pada konteks komunikasi yang secara luas dan tiada batasan terhadap siapa saja. aspek ini meliputi kelompok – kelompok sosial yang lebih luas dan masyarakat umum. kita mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan sosial yang tinggi yaitu dengan sebutan mudah bergaul, sangat menyenangkan. Keterampilan ini meluas pada komunikasi lintas budaya dan tenggang rasa terhadap orang lain yang berbeda dengan anda. Hal ini membutuhkan pengetahuan seperti tentang budaya organisasi , bangsa, atau adat dan keterampilan dalam memimbing diri sendiri pada sebuah cara yang cerdas secara sosial.
Keterampilan seperti itu memerlukan harga diri yang tinggi yaitu dapat menerima diri sendiri apa adanya. Kita tidak perlu menunjukan apapun pada dunia luar maupun pada diri sendiri, kita merasa puas pada diri kita sendiri. sama seperti empati, hal ini tergantung pada intelegensi personal kita, yaitu mengenali diri kita sendiri.
3. Keterampilan Menjalin Hubungan Sosial
Salah satu aspek inetelegensi interpersonal adalah kemampuan untuk menciptakan dan menikmati hubungan yang saling memuaskan. banyak masalah yang sebagian besar menyangkut masalah manusia. Kebanyakan suatu masalah lebih berhubungan dengan dimensi – dimensi atas hubungan atas apa yang terjadi ketimbang sekedar masalah – masalah teknis.
Keterampilan – keterampilan interpersonal seperti kemampuan untuk membaca perasaan orang lain adalah penting untuk peristiwa sehari – hari dan khusus dengan orang lain. Maka dari itu untuk mengembangkan keterampilan tersebut, hal yang dilakukan adalah dengan cara merefleksikan beberapa komponen yang termasuk kedalam keterampilan dalam menjalin hubungan sosial.
1. Mengenali keterbatasan dan kebutuhan anda akan pengetahuan atau keterampilan – keterampilan
2. Mengubah sikap
3. Mengubah kepercayaan diri
4. Menggunakan teknologi berupa tujuan untuk mencapai tujuan – tujuan dalam hubungan pribadi
5. Berlatih mendengarkan, mengamati, dan membayangkan perasaan orang lain
Kecerdasan interpersonal merupkan kecerdasan yang melibatkan keterampilan untuk bekerja sama denga orang lain dan berkomunikasi dengan baik, secara verbal dan juga nonverbal. seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal dapat melihat suasana hati, perangai, motivasi dan tujuan dalam diri seseorang. hal ini yang disebut dengan empati atau suasan hati perasaan orang lain.
Intelegensi milik gardner ini tidak akan sulit dikenali baik dalam diri sendiri maupun orang lain yang kita temui. hal ini bukanlah sebuah sifat, melainkan pada kenyataannya kita semua memiliki intelegensi ini dan memperlihatkannya dengan cara yang berbeda dan tingkat yang berbeda pula di dalam pekerjaan dan kehidupan pribadi kita.
Seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi adalah orang yang manusiawi. mereka memahami, berinteraksi, dan berhubungan dengan orang lain. sebaliknya, orang lain biasanya akan menganggap mereka dapat diandalkan, bertanggung jawab, dan kharismatik. di dunia kerja, mereka bekerja dengan baik di dalam tim, dan sukses berinteraksi baik dengan customer maupun atasan.
Intelegensi interpersonal yaitu berhubungan dengan orang lain (diri sosial dengan manusia pada diri seseorang), meliputi :
1. Memahami orang lain
2. Kemampuan sosial
3. Keterampilan menjalin hubungan
1. Memahami Orang Lain :
Menyadari dan memahami orang lain adalah hal terpenting di dalam kecerdasan emosi. kadang – kadang kita menyebutnya sebagai empati. kita menyaksikan hal ini di dalam pernyataan – pernyataan seperti : ”saya membayangkan bagaimana perasaan kamu”. Hal ini berarti menyatakan bahwa dunia mereka masuk ke dalam dunia kita. hal ini juga dapat berarrti membaca emosi – emosi orang lain dan menghargai mereka melalui apa yang kita lakukan dan kita katakan. Empati merupakan kemampuan lain yang membangun kesadaran diri emosional adalah keterampilan manusia yang mendasar. Orang yang memiliki empati lebih selaras dengan tanda – tanda sosial yang halus yang menunjukan apa yang dibutuhkan atau diinginkan oleh orang lain. mereka menjadi lebih baik dalam pekerjaan – pekerjaan seperti profesi merawat, mengajar, menjual dan manajemen
Empati sangat berhubungan dengan keterampilan interpersonal seperti mengenali – mengenali perasaan diri sendiri. Tidak sulit memahami diri orang lain sebagai akibat dari tingkah laku yang dilakukan jika kita pernah mengalaminya sendiri. Dan lebih baik lagi jika seseorang dapat memprediksi kemungkinan perasaan yang dimilikinya jika ia akan melakukan sesuatu dikemudian hari.
Memahami bagaimana seseorang merasakan sesuatu tidak harus mendikte tindakan anda. misalnya menjadi seorang pendengar yang baik tidak berarti bahwa anda harus setuju dengan apapun yang anda dengar atau tidak melakukan konfrontasi mengenai pandangan – pandangan anda dengan orang lain yang terkadang berbeda. Namun demikian, keuntungan dari memahami orang lain adalah kita lebih banyak memiliki pengetahuan tentang cara – cara membuat keputusan, lebih banyak pilihan – pilihan tentang cara bersikap, dan memilih peluang lebih baik untuk berkomunikasi dan manjalin hubungan baik dengan lingkungan.
Dalam berempati kita dapat membagai perasaan kita jika kita mau. Kita dapat menjadi asertif dan bebas tanpa memerlakukan orang lain dengan kasar. Kita dapat mempertimbangkan orang lain saat menetapkan tujuan – tujuan kita. Kita dapat mengatasi masalah – masalah yang melibatkan orang lain dengan lebih efektif dan lebih cerdas.
2. Kemampuan Sosial
Aspek intelegensi interpersonal ini membentang pada konteks komunikasi yang secara luas dan tiada batasan terhadap siapa saja. aspek ini meliputi kelompok – kelompok sosial yang lebih luas dan masyarakat umum. kita mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan sosial yang tinggi yaitu dengan sebutan mudah bergaul, sangat menyenangkan. Keterampilan ini meluas pada komunikasi lintas budaya dan tenggang rasa terhadap orang lain yang berbeda dengan anda. Hal ini membutuhkan pengetahuan seperti tentang budaya organisasi , bangsa, atau adat dan keterampilan dalam memimbing diri sendiri pada sebuah cara yang cerdas secara sosial.
Keterampilan seperti itu memerlukan harga diri yang tinggi yaitu dapat menerima diri sendiri apa adanya. Kita tidak perlu menunjukan apapun pada dunia luar maupun pada diri sendiri, kita merasa puas pada diri kita sendiri. sama seperti empati, hal ini tergantung pada intelegensi personal kita, yaitu mengenali diri kita sendiri.
3. Keterampilan Menjalin Hubungan Sosial
Salah satu aspek inetelegensi interpersonal adalah kemampuan untuk menciptakan dan menikmati hubungan yang saling memuaskan. banyak masalah yang sebagian besar menyangkut masalah manusia. Kebanyakan suatu masalah lebih berhubungan dengan dimensi – dimensi atas hubungan atas apa yang terjadi ketimbang sekedar masalah – masalah teknis.
Keterampilan – keterampilan interpersonal seperti kemampuan untuk membaca perasaan orang lain adalah penting untuk peristiwa sehari – hari dan khusus dengan orang lain. Maka dari itu untuk mengembangkan keterampilan tersebut, hal yang dilakukan adalah dengan cara merefleksikan beberapa komponen yang termasuk kedalam keterampilan dalam menjalin hubungan sosial.
1. Mengenali keterbatasan dan kebutuhan anda akan pengetahuan atau keterampilan – keterampilan
2. Mengubah sikap
3. Mengubah kepercayaan diri
4. Menggunakan teknologi berupa tujuan untuk mencapai tujuan – tujuan dalam hubungan pribadi
5. Berlatih mendengarkan, mengamati, dan membayangkan perasaan orang lain
Gangguan Belajar
Gangguan Belajar Adalah kekurangan yang tidak tampak secara lahiriah. Gangguan belajar juga merupakan ketidakmampuan dalam menghubungkan berbagai informasi yang berasal berbagai bagian otak mereka.
Underachiever adalah anak yang berprestasi rendah dibandingkan tingkat kecerdasan yang dimilikinya. Menurut Prayitno dan amti (1999:280), underachiever identik dengan keterlambatan akademik yang berarti bahwa keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensia yang cukup tinggi , tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
Faktor – faktor penyebab siswa mengalami underachiever :
1. lingkungan sekolah
2. faktor guru
3. keluarga dan lingkungan rumah
4. faktor dalam diri individu:
A. persepsi diri
B. hasrat berprestasi
C. lokus kontrol
D. pola belajar
Epilepsi adalah kondisi tubuh yang bermula dari kejanggalan fungsi otak. Ini adalah pertanda jika fungsi otak seseorang terganggu.
Tahap dalam epilepsi yang meliputi :
1. Aura yaitu tanda awal yang mendahului serangan epilepsi.
2. Hilangnya kesadaran dini yang didahului oleh teriakan rasa sakit.
3. Begitu hilangnya kesadaran yang diikuti oleh kejangnya tubuh klien.
4. Stupor, begitu kejangnya mulai menurun klien akan kembali sadar mesikpun ada kegugupan.
Gangguan Verbal merupakan gangguan terhadap ketidakmampuan seseorang dalam mengekspresikan dirinya secara lisan atau tertulis.
Gejalanya :
1. Kurangnya informasi atau pengetahuan
2. Daya ingat rendah atau mudah lupa
3. Tidak mampu melihat hubungan fakta – fakta
4. Tidak mampu menggunakan logika dalam berbahasa
5. tidak mampu menganalisis dan mensintesa masalah.
6. Proses pikir kaku atau tidak fleksibel
7. Berpikir konseptual rendah
8. Konsentrasi rendah
Faktor penyebab :
1. Kurangnya hubungan dengan lingkungan
2. Minat belajar yang rendah dan rasa ingin tahu yang rendah.
3. Kurangnya pengalaman hidup dalam lingkungan budaya
4. Kesempatan memperoleh pengalaman yang berkenaan dengan proses perhitungan yang rendah
5. Pola minat dan kesenangan baca yang rendah
6. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah terlibat dalam proses pembelajaran anak.
7. Kesadaran sosial yang rendah.
Upaya yang dilakukan :
1. Beri bacaan yang menarik untuk mengembangkan minat baca dan melatih daya ingat.
2. Perkenalkan pengalaman berbagai interaksi sosial yang kompleks dan bervariasi.
3. Eksplorasi lingkungan
4. Memperkirakan alternatif bantuan
5. .Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya, baik yang bersifat preventif maupun kuratif.
6. Tahap tindak lanjut
7. Memberikan pertolongan kepada siswa dengan memberikan bimbingan belajat atau konseling.
8. Melibatkan berbagai pihak yang kompeten
9. Mengikuti perkembangan & mengevaluasi keberhasilan bantuan yang sudah diberikan
Underachiever adalah anak yang berprestasi rendah dibandingkan tingkat kecerdasan yang dimilikinya. Menurut Prayitno dan amti (1999:280), underachiever identik dengan keterlambatan akademik yang berarti bahwa keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensia yang cukup tinggi , tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
Faktor – faktor penyebab siswa mengalami underachiever :
1. lingkungan sekolah
2. faktor guru
3. keluarga dan lingkungan rumah
4. faktor dalam diri individu:
A. persepsi diri
B. hasrat berprestasi
C. lokus kontrol
D. pola belajar
Epilepsi adalah kondisi tubuh yang bermula dari kejanggalan fungsi otak. Ini adalah pertanda jika fungsi otak seseorang terganggu.
Tahap dalam epilepsi yang meliputi :
1. Aura yaitu tanda awal yang mendahului serangan epilepsi.
2. Hilangnya kesadaran dini yang didahului oleh teriakan rasa sakit.
3. Begitu hilangnya kesadaran yang diikuti oleh kejangnya tubuh klien.
4. Stupor, begitu kejangnya mulai menurun klien akan kembali sadar mesikpun ada kegugupan.
Gangguan Verbal merupakan gangguan terhadap ketidakmampuan seseorang dalam mengekspresikan dirinya secara lisan atau tertulis.
Gejalanya :
1. Kurangnya informasi atau pengetahuan
2. Daya ingat rendah atau mudah lupa
3. Tidak mampu melihat hubungan fakta – fakta
4. Tidak mampu menggunakan logika dalam berbahasa
5. tidak mampu menganalisis dan mensintesa masalah.
6. Proses pikir kaku atau tidak fleksibel
7. Berpikir konseptual rendah
8. Konsentrasi rendah
Faktor penyebab :
1. Kurangnya hubungan dengan lingkungan
2. Minat belajar yang rendah dan rasa ingin tahu yang rendah.
3. Kurangnya pengalaman hidup dalam lingkungan budaya
4. Kesempatan memperoleh pengalaman yang berkenaan dengan proses perhitungan yang rendah
5. Pola minat dan kesenangan baca yang rendah
6. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah terlibat dalam proses pembelajaran anak.
7. Kesadaran sosial yang rendah.
Upaya yang dilakukan :
1. Beri bacaan yang menarik untuk mengembangkan minat baca dan melatih daya ingat.
2. Perkenalkan pengalaman berbagai interaksi sosial yang kompleks dan bervariasi.
3. Eksplorasi lingkungan
4. Memperkirakan alternatif bantuan
5. .Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya, baik yang bersifat preventif maupun kuratif.
6. Tahap tindak lanjut
7. Memberikan pertolongan kepada siswa dengan memberikan bimbingan belajat atau konseling.
8. Melibatkan berbagai pihak yang kompeten
9. Mengikuti perkembangan & mengevaluasi keberhasilan bantuan yang sudah diberikan
Perbandingan antara BK komprehensif di Michigan dan Teksas
Perbedaan :
Jenis layanan responsive pada layanan BK komprehensif di teksas pada prinsipnya memiliki kesamaan akan tetapi lebih menekankan pada prioritas tertinggi yang terjadai di Negara tersebut. Hal ini lebih terfokus pada :
1. Sukses akademik
2. Bunuh diri pada anak dan remaja
3. Penyalahgunaan
4. Putus sekolah
5. Stress parah
6. Penyalahgunaan obat
7. Usia kehamilan sekolah
8. Tekanan gang / keterlibatan
9. Masalah pelecehan
10. Selain itu pada tingkat wilaya telah mengidentifikasi beberapa topic yang disajikan berulang, yaitu ;
11. Kehadiran
12. Sikap dan Perilaku sekolah
13. Hubungan pertemanan
14. Keterampilan belajar
15. Kekerasan di kampus
16. Masalah – masalah pribadi
17. Bantuan keuangan
18. Pemilihan sekolah
19. Kematian anggota keluarga atau teman
20. Masalah pelecehan
21. Pencegahan bunuh diri
Sedangkan pada program BK komprehensif di Michigan focus masalah bersifat umum yaitu terdiri atas akademik, karir, personal atau social pembangunan
Menurut pendapat saya, perbedaan antara program BK di Michigan dengan program BK di teksas tidak terlalu jauh. Hanya saja menurut pandangan saya, program BK di Michigan bersifat lebih umum, artinya lebih menitikberatkan program BK komprehensif secara umu akan tetapi tidak dijelaskan focus penekanan pemberian layanan secara khusus dimana sesuai dengan daerah setempat. Jika di teksas sumber dana yang diberikan untuk mendukung program layanan di dapat melalui pemerintah dan juga bekerjasama dengan instansi terkait yang akan memberikan dana untuk keperluan program, misalnya Negara menghabiskan dana untuk program bimbingan konseling.
Jenis layanan responsive pada layanan BK komprehensif di teksas pada prinsipnya memiliki kesamaan akan tetapi lebih menekankan pada prioritas tertinggi yang terjadai di Negara tersebut. Hal ini lebih terfokus pada :
1. Sukses akademik
2. Bunuh diri pada anak dan remaja
3. Penyalahgunaan
4. Putus sekolah
5. Stress parah
6. Penyalahgunaan obat
7. Usia kehamilan sekolah
8. Tekanan gang / keterlibatan
9. Masalah pelecehan
10. Selain itu pada tingkat wilaya telah mengidentifikasi beberapa topic yang disajikan berulang, yaitu ;
11. Kehadiran
12. Sikap dan Perilaku sekolah
13. Hubungan pertemanan
14. Keterampilan belajar
15. Kekerasan di kampus
16. Masalah – masalah pribadi
17. Bantuan keuangan
18. Pemilihan sekolah
19. Kematian anggota keluarga atau teman
20. Masalah pelecehan
21. Pencegahan bunuh diri
Sedangkan pada program BK komprehensif di Michigan focus masalah bersifat umum yaitu terdiri atas akademik, karir, personal atau social pembangunan
Menurut pendapat saya, perbedaan antara program BK di Michigan dengan program BK di teksas tidak terlalu jauh. Hanya saja menurut pandangan saya, program BK di Michigan bersifat lebih umum, artinya lebih menitikberatkan program BK komprehensif secara umu akan tetapi tidak dijelaskan focus penekanan pemberian layanan secara khusus dimana sesuai dengan daerah setempat. Jika di teksas sumber dana yang diberikan untuk mendukung program layanan di dapat melalui pemerintah dan juga bekerjasama dengan instansi terkait yang akan memberikan dana untuk keperluan program, misalnya Negara menghabiskan dana untuk program bimbingan konseling.
KENAKALAN REMAJA
KENAKALAN REMAJA
Connger (1976) dan Dusek (1977) mendefinisikan remaja sebagai suatu kenakalan yang dilakukan oleh seseorang individu yang berumur dibawah 16 tahun yang melakukan perilaku yang dapat dikenai sangsi atau hukuman.
Sarwono (2002) mengungkapkan kenakalan remaja sebagai tingkah laku yang menyipang dari norma – norma hukum pidana, sedangkan Fuhrhmann (1990) meyebutkan bahwa kenakalan remaja suatu tindakan anak muda yang dapat merusak dan menganggu. Baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Santrock (1999) juga menambahkan kenakalan remaja sebagai kumpulan dari berbagai perilaku, dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial sampai tindakan kriminal.
Faktor – faktor kenakanal remaja :
1. Identitas
Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson (dalam Santrock, 1996) masa remaja ada pada tahap dimana krisis identitas versus difusi identitas harus di atasi.
Beberapa dari remaja ini mungkin akan mengambil bagian dalam tindak kenakalan, oleh karena itu bagi Erikson, kenakalan adalah suatu upaya untuk membentuk suatu identitas, walaupun identitas tersebut negatf.
2. Kontrol diri
Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Kebanyakan remaja telah mempelajari perbedaan antara tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak dapat diterima, namun remaja yang melakukan kenakalan tidak mengenali hal ini. Mereka mungkin gagal membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak mengenali hal ini.
3. Usia
Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan penyerangan serius nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan, seperti hasil penelitian dari
4. Jenis Kelamin
Remaja laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada perempuan.
5. Harapan terhadap pendidikan dan nilai – nilai di sekolah
Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang rendah terhadap pendidikan di sekolah. Mereka merasa bahwa sekolah tidak begitu bermanfaat untuk kehidupannya sehingga biasanya nilai-nilai mereka terhadap sekolah cenderung rendah. Meneka tidak mempunyai motivasi untuk sekolah.
6. Proses Keluarga
Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja.
7. Pengaruh teman sebaya
Memiliki teman teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan risiko remaja untuk menjadi nakal.
8. Kelas sosial enomomi
Ada kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah remaja nakal di antara daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki banyak privilege. Hal ini disebabkan kurangnya kesempatan remaja dari kelas sosial rendah untuk mengembangkan ketrampilan yang diterima oleh masyarakat Mereka mungkin saja merasa bahwa mereka akan mendapatkan perhatian dan status dengan cara melakukan tindakan anti sosial.
9. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal
Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan remaja. Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau penghargaan atas aktivitas kriminal mereka. Masyarakat seperti ini sering ditandai dengan kemiskinan, pengangguran, dan perasaan tersisih dan kaum kelas menengah. Kualitas sekolah, pendanaan pendidikan, dan aktivitas lingkungan yang terorganisir adatah faktor-faktor lain dalam masyarakat yang juga befiubungan dengan kenakalan remaja.
10. Kebudayaan bisu dalam keluarga
Kebudayaan bisu ditandai oleh tidak adanya komunikasi dan dialog antar anggota keluarga. Situasi kebudayaan bisu akan mampu mematikan kehidupan sendiri dan pada sisi yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting. Kenakalan remaja dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa berikutnya, karena orangtua terlalu menyibukkan diri sedangkan kebutuhan yang lebih mendasar yaitu cinta kasih diabaikan. Akibatnya anak menjadi terlantar dalam kesendihan dan kebisuannya.
Fungsi komunikasi dalam keluarga
1. Memberikan pengertian yang lebih dalam tentang siapa kita sebagai pribadi kepada anggota keluarga lainnya.
2. Meningkatkan kasih, kepercayaan dan rasa hormat dalam keluarga.
3. Sebagai alat untuk mencapai tujuan dan membereskan hal – hal yang menghalangi pencapaian tujuan.
Menjaga komunikasi keluarga memang akan bermanfaat dan mendatangkan nilai positif. Sebab, anak-anak akan merasa nyaman ketika berbagi cerita tentang masalah mereka kepada orangtuanya. Bahkan, bisa mengurangi resiko anak-anak dari pengaruh yang belum pantas mereka terima dalam kehidupannya. Selain itu, orangtua tetap bisa berhubungan satu sama lain dan dengan anak-anak, sehingga memperkuat ikatan keluarga.
Komunikasi dengan anak adalah komunikasi yang dibangun antara kedua orangtua dengan anak¬anaknya. Sebagai orangtua, jangan sampai orangtua tidak tahu apa yang terjadi dan dirasakan oleh anaknya. Begitu juga sebaliknya, jangan sampai anak-anak tidak menuruti orangtua hanya karena mereka tidak tahu apa yang diinginkan orangtua.
Orangtua boleh jadi adalah orang yang terdekat dengan anak-anak di rumah. Maka tidak salah bila anak-anak selalu bertanya pada orangtua. Orangtua pun harus membiasakan adanya keterbukaan agar anak tidak takut untuk berbicara atau bercerita pada orangtuanya. Selain itu, orangtua harus meluangkan banyak waktu untuk anak-anak, tidak bosan mendengar dan menjawab pertanyaan, serta memiliki pengetahuan yang lebih banyak dari anak-anaknya. Jangan sampai informasi yang diserap anak menjadi salah karena ketidak tahuan ataupun ketidak siapan orangtua dalam menjawab pertanyaan Anak maupun saat berdiskusi dengan mereka.
Percakapan merupakan kunci dalam membina hubungan yang kuat, tapi komunikasi antar keluarga juga sangat penting. Beberapa tips meningkatkan kemampuan kemunikasi keluarga :
1. Menciptakana Peluang Bicara
Menciptakan waktu berbicara antar keluarga dengan cara mengurangi aktivitas anggota keluarga di luar dalam setiap bulan. Sebab, waktu luang untuk saling berkomunikasi sangat berharga.
2. Atur makan bersama Selain mengajak semua orang untuk ambil bagian dalam kegiatan sehari-hari, menjadwalkan waktu membuat acara sendiri seperti makan bersama keluarga yang rutin dihadiri anak-anak dan anggota keluarga lain sangat dianjurkan. Sebab, di meja makan bisa menjadi tempat yang tepat untuk saling berbagi cerita tetang apa yang telah terjadi di kehidupan masing-masing.
3. Meluangkan Waktu
Menghabiskan waktu dengan keluarga, bisa membangkitkan rasa kepedulian terhadap keluarga besar yang selama ini hilang akibat kesibukan sehari-hari. Misalnya, orangtua merelakan waktu mengajak keluar ke tempat-tempat makanan favorit atau pergi bersama ke supermarket.
4. Menciptakan Aturan Keluarga
Ketika mencoba memperbaiki hubungan apapun, mendengar jauh lebih penting daripada berbicara. Sehingga, ketika menghadiri pertemuan keluarga, meluangkan waktu sebagai pendengar setia bagi orang yang lebih muda atau anak-anak adalah lebih baik dibandingkan menjadi pembicara.
5. Menggunakan Teknologi untuk keuntungan Keluarga
Menggunakan teknologi yang saat ini sudah cangih dan super murah juga bisa dicoba. Misalnya dengan meminta keluarga terdekat atau anak–anak saling berkomunikasi satu sama lain melalui sms atau telpon, hal itu sangat membantu dalam menemukan keluarga dan tetap bisa menjalin komunikasi saat berjauhan.
6. Menciptakan Tradisi Keluarga
Membiasakan tidur bersama anak-anak di malam hari, menonton sebuah film keluarga sebelum tidur, menghadiri acara keagamaan bersama, atau menentukan hari liburan spesial merupakan contoh tradisi keluarga yang bisa diikuti.
Kesimpulan
Bahwa kecenderungan kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang dilakukan remaja dibawah umur 17 tahun. Faktor yang paling berperan menyebabkan timbulnya kecenderungan kenakalan remaja adalah faktor keluarga yang kurang harmonis dan faktor lingkungan terutama teman sebaya yang kurang baik, karena pada masa ini remaja mulai bergerak meninggalkan rumah dan menuju teman sebaya, sehingga minat, nilai, dan norma yang ditanamkan oleh kelompok lebih menentukan perilaku remaja dibandingkan dengan norma, nilai yang ada dalam keluarga dan masyarakat.
Salah satu keuntungan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak-anak adalah, anak-anak akan merasa nyaman dan aman dengan keluarganya. Mereka akan merasa dihargai dan diperhatikan oteh orangtuanya sehingga tidak perlu pelarian lain sebagai tempat curhat.
Connger (1976) dan Dusek (1977) mendefinisikan remaja sebagai suatu kenakalan yang dilakukan oleh seseorang individu yang berumur dibawah 16 tahun yang melakukan perilaku yang dapat dikenai sangsi atau hukuman.
Sarwono (2002) mengungkapkan kenakalan remaja sebagai tingkah laku yang menyipang dari norma – norma hukum pidana, sedangkan Fuhrhmann (1990) meyebutkan bahwa kenakalan remaja suatu tindakan anak muda yang dapat merusak dan menganggu. Baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Santrock (1999) juga menambahkan kenakalan remaja sebagai kumpulan dari berbagai perilaku, dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial sampai tindakan kriminal.
Faktor – faktor kenakanal remaja :
1. Identitas
Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson (dalam Santrock, 1996) masa remaja ada pada tahap dimana krisis identitas versus difusi identitas harus di atasi.
Beberapa dari remaja ini mungkin akan mengambil bagian dalam tindak kenakalan, oleh karena itu bagi Erikson, kenakalan adalah suatu upaya untuk membentuk suatu identitas, walaupun identitas tersebut negatf.
2. Kontrol diri
Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Kebanyakan remaja telah mempelajari perbedaan antara tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak dapat diterima, namun remaja yang melakukan kenakalan tidak mengenali hal ini. Mereka mungkin gagal membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak mengenali hal ini.
3. Usia
Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan penyerangan serius nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan, seperti hasil penelitian dari
4. Jenis Kelamin
Remaja laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada perempuan.
5. Harapan terhadap pendidikan dan nilai – nilai di sekolah
Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang rendah terhadap pendidikan di sekolah. Mereka merasa bahwa sekolah tidak begitu bermanfaat untuk kehidupannya sehingga biasanya nilai-nilai mereka terhadap sekolah cenderung rendah. Meneka tidak mempunyai motivasi untuk sekolah.
6. Proses Keluarga
Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja.
7. Pengaruh teman sebaya
Memiliki teman teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan risiko remaja untuk menjadi nakal.
8. Kelas sosial enomomi
Ada kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah remaja nakal di antara daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki banyak privilege. Hal ini disebabkan kurangnya kesempatan remaja dari kelas sosial rendah untuk mengembangkan ketrampilan yang diterima oleh masyarakat Mereka mungkin saja merasa bahwa mereka akan mendapatkan perhatian dan status dengan cara melakukan tindakan anti sosial.
9. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal
Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan remaja. Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau penghargaan atas aktivitas kriminal mereka. Masyarakat seperti ini sering ditandai dengan kemiskinan, pengangguran, dan perasaan tersisih dan kaum kelas menengah. Kualitas sekolah, pendanaan pendidikan, dan aktivitas lingkungan yang terorganisir adatah faktor-faktor lain dalam masyarakat yang juga befiubungan dengan kenakalan remaja.
10. Kebudayaan bisu dalam keluarga
Kebudayaan bisu ditandai oleh tidak adanya komunikasi dan dialog antar anggota keluarga. Situasi kebudayaan bisu akan mampu mematikan kehidupan sendiri dan pada sisi yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting. Kenakalan remaja dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa berikutnya, karena orangtua terlalu menyibukkan diri sedangkan kebutuhan yang lebih mendasar yaitu cinta kasih diabaikan. Akibatnya anak menjadi terlantar dalam kesendihan dan kebisuannya.
Fungsi komunikasi dalam keluarga
1. Memberikan pengertian yang lebih dalam tentang siapa kita sebagai pribadi kepada anggota keluarga lainnya.
2. Meningkatkan kasih, kepercayaan dan rasa hormat dalam keluarga.
3. Sebagai alat untuk mencapai tujuan dan membereskan hal – hal yang menghalangi pencapaian tujuan.
Menjaga komunikasi keluarga memang akan bermanfaat dan mendatangkan nilai positif. Sebab, anak-anak akan merasa nyaman ketika berbagi cerita tentang masalah mereka kepada orangtuanya. Bahkan, bisa mengurangi resiko anak-anak dari pengaruh yang belum pantas mereka terima dalam kehidupannya. Selain itu, orangtua tetap bisa berhubungan satu sama lain dan dengan anak-anak, sehingga memperkuat ikatan keluarga.
Komunikasi dengan anak adalah komunikasi yang dibangun antara kedua orangtua dengan anak¬anaknya. Sebagai orangtua, jangan sampai orangtua tidak tahu apa yang terjadi dan dirasakan oleh anaknya. Begitu juga sebaliknya, jangan sampai anak-anak tidak menuruti orangtua hanya karena mereka tidak tahu apa yang diinginkan orangtua.
Orangtua boleh jadi adalah orang yang terdekat dengan anak-anak di rumah. Maka tidak salah bila anak-anak selalu bertanya pada orangtua. Orangtua pun harus membiasakan adanya keterbukaan agar anak tidak takut untuk berbicara atau bercerita pada orangtuanya. Selain itu, orangtua harus meluangkan banyak waktu untuk anak-anak, tidak bosan mendengar dan menjawab pertanyaan, serta memiliki pengetahuan yang lebih banyak dari anak-anaknya. Jangan sampai informasi yang diserap anak menjadi salah karena ketidak tahuan ataupun ketidak siapan orangtua dalam menjawab pertanyaan Anak maupun saat berdiskusi dengan mereka.
Percakapan merupakan kunci dalam membina hubungan yang kuat, tapi komunikasi antar keluarga juga sangat penting. Beberapa tips meningkatkan kemampuan kemunikasi keluarga :
1. Menciptakana Peluang Bicara
Menciptakan waktu berbicara antar keluarga dengan cara mengurangi aktivitas anggota keluarga di luar dalam setiap bulan. Sebab, waktu luang untuk saling berkomunikasi sangat berharga.
2. Atur makan bersama Selain mengajak semua orang untuk ambil bagian dalam kegiatan sehari-hari, menjadwalkan waktu membuat acara sendiri seperti makan bersama keluarga yang rutin dihadiri anak-anak dan anggota keluarga lain sangat dianjurkan. Sebab, di meja makan bisa menjadi tempat yang tepat untuk saling berbagi cerita tetang apa yang telah terjadi di kehidupan masing-masing.
3. Meluangkan Waktu
Menghabiskan waktu dengan keluarga, bisa membangkitkan rasa kepedulian terhadap keluarga besar yang selama ini hilang akibat kesibukan sehari-hari. Misalnya, orangtua merelakan waktu mengajak keluar ke tempat-tempat makanan favorit atau pergi bersama ke supermarket.
4. Menciptakan Aturan Keluarga
Ketika mencoba memperbaiki hubungan apapun, mendengar jauh lebih penting daripada berbicara. Sehingga, ketika menghadiri pertemuan keluarga, meluangkan waktu sebagai pendengar setia bagi orang yang lebih muda atau anak-anak adalah lebih baik dibandingkan menjadi pembicara.
5. Menggunakan Teknologi untuk keuntungan Keluarga
Menggunakan teknologi yang saat ini sudah cangih dan super murah juga bisa dicoba. Misalnya dengan meminta keluarga terdekat atau anak–anak saling berkomunikasi satu sama lain melalui sms atau telpon, hal itu sangat membantu dalam menemukan keluarga dan tetap bisa menjalin komunikasi saat berjauhan.
6. Menciptakan Tradisi Keluarga
Membiasakan tidur bersama anak-anak di malam hari, menonton sebuah film keluarga sebelum tidur, menghadiri acara keagamaan bersama, atau menentukan hari liburan spesial merupakan contoh tradisi keluarga yang bisa diikuti.
Kesimpulan
Bahwa kecenderungan kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang dilakukan remaja dibawah umur 17 tahun. Faktor yang paling berperan menyebabkan timbulnya kecenderungan kenakalan remaja adalah faktor keluarga yang kurang harmonis dan faktor lingkungan terutama teman sebaya yang kurang baik, karena pada masa ini remaja mulai bergerak meninggalkan rumah dan menuju teman sebaya, sehingga minat, nilai, dan norma yang ditanamkan oleh kelompok lebih menentukan perilaku remaja dibandingkan dengan norma, nilai yang ada dalam keluarga dan masyarakat.
Salah satu keuntungan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak-anak adalah, anak-anak akan merasa nyaman dan aman dengan keluarganya. Mereka akan merasa dihargai dan diperhatikan oteh orangtuanya sehingga tidak perlu pelarian lain sebagai tempat curhat.
Selasa, 22 Desember 2009
DYSLEXIA
DYSLEXIA
Dyslexia adalah gangguan kesukaran/kelambanan dalam membaca dan menulis pada anak-anak yang umumnya mempunyai tingkat kecerdasan rata-rata dan tidak berkaitan dengan hambatan neurologis, sensory dan unsur budaya. (Saltz, Friel, dan Rudegair, 1974). Pengertian lain mengungkapkan kesukaran membaca merupakan kumpulan gejala (syndrome) ketidakmampuan anak yang sebenarnya mempunyai kecerdasan dalam belajar (Lyle dan Goyen, 1969).
Jadi, pengertian kesukaran membaca memilki 4 makna :
1. Tingkat kecepatan yang rendah sekali (lamban) dalam membaca
2. Pembendaharaan kata yang terbatas
3. Kegagalan menguasai proses dasar baca seperti sukar memahami lambang huruf-huruf dan juga bunyi huruf.
4. Tidak mengerti apa yang dibaca.
Dyslexia mempengaruhi 5 hingga 10 persen dari semua anak yang ada. Kondisi ini
pertama kali didiagnosa pada akhir abad ke-XIX, dimana ketika itu disebut dengan “buta huruf”. Bukti paling bagus yang ada menyatakan bahwa penyebab dyslexia bersifat genetis, yaitu, kondisi ini merupakan keturunan dari satu atau kedua orangtua.
Ciri-ciri anak yang menderita dyslexia :
1. Membaca dengan sangat lamban dan enggan.
2. Menyusuri teks pada halaman buku menggunakan jari telunjuk.
3. Mengabaikan suku kata, kata-kata dan frase atau bahkan baris teks.
4. Menambahkan kata-kata atau frase yang tidak ada dalam frase.
5. Membalik urutan huruf atau suku kata dalam sebuah kata.
6. Salah dalam menghafalkan kata-kata termasuk kata-kata yang sudah dikenal.
7. Mengganti satu kata dengan kata lain, meskipun kata yang digantikan tidak mempunyai arti dalam kompleksnya.
8. Menyusun kata-kata yang tidak mempunyai arti.
9. Mengabaikan tanda baca.
Adapun cara untuk mengobati anak yang mengalami gangguan dyslexia adalah
dengan memberikan latihan membaca kepada anak dalam waktu sesering mungkin.
Dyslexia adalah gangguan kesukaran/kelambanan dalam membaca dan menulis pada anak-anak yang umumnya mempunyai tingkat kecerdasan rata-rata dan tidak berkaitan dengan hambatan neurologis, sensory dan unsur budaya. (Saltz, Friel, dan Rudegair, 1974). Pengertian lain mengungkapkan kesukaran membaca merupakan kumpulan gejala (syndrome) ketidakmampuan anak yang sebenarnya mempunyai kecerdasan dalam belajar (Lyle dan Goyen, 1969).
Jadi, pengertian kesukaran membaca memilki 4 makna :
1. Tingkat kecepatan yang rendah sekali (lamban) dalam membaca
2. Pembendaharaan kata yang terbatas
3. Kegagalan menguasai proses dasar baca seperti sukar memahami lambang huruf-huruf dan juga bunyi huruf.
4. Tidak mengerti apa yang dibaca.
Dyslexia mempengaruhi 5 hingga 10 persen dari semua anak yang ada. Kondisi ini
pertama kali didiagnosa pada akhir abad ke-XIX, dimana ketika itu disebut dengan “buta huruf”. Bukti paling bagus yang ada menyatakan bahwa penyebab dyslexia bersifat genetis, yaitu, kondisi ini merupakan keturunan dari satu atau kedua orangtua.
Ciri-ciri anak yang menderita dyslexia :
1. Membaca dengan sangat lamban dan enggan.
2. Menyusuri teks pada halaman buku menggunakan jari telunjuk.
3. Mengabaikan suku kata, kata-kata dan frase atau bahkan baris teks.
4. Menambahkan kata-kata atau frase yang tidak ada dalam frase.
5. Membalik urutan huruf atau suku kata dalam sebuah kata.
6. Salah dalam menghafalkan kata-kata termasuk kata-kata yang sudah dikenal.
7. Mengganti satu kata dengan kata lain, meskipun kata yang digantikan tidak mempunyai arti dalam kompleksnya.
8. Menyusun kata-kata yang tidak mempunyai arti.
9. Mengabaikan tanda baca.
Adapun cara untuk mengobati anak yang mengalami gangguan dyslexia adalah
dengan memberikan latihan membaca kepada anak dalam waktu sesering mungkin.
Langganan:
Postingan (Atom)